Jumat, 16 Oktober 2009

“WE WERE BORN TO BE CORPSEGRINDER AND GRINDING TILL THE END”



Sebuah catatan kecil pergerakan scene metal Bali)

Musik metal maen di pameran?....anak metal masuk pameran??....holyshit...masih juga ada statement katrox seperti itu muncul dari beberapa begundal yang mengakunya paling metal di jagad raya ini. Memang diera derasnya globalisasi dan gempuran arus informasi teknologi sekarang ini hampir semua akses dengan mudah dimasuki oleh segala macam pengaruh global ekonomi,social,budaya, termasuk didalamnya musik metal. Bagaimana tidak, kalau awal era 90 kala mulainya tumbuh dan berkembang virus musik metal ini menjangkiti sebagian generasi muda Bali, untuk dapat menikmati musik metal ( death metal) secara ekslusif dalam sebuah club, café, di Denpasar ( Kuta ) seperti yang terlihat dalam video2 gig2 di luar negeri adalah sebuah hayalan tingkat tinggi. Namun di era sekarang ini, apa yang menjadi hayalan dulu telah nyata adanya didepan mata kita, musik metal dengan komunitas metalnya telah nyaman berjalan mulus untuk bisa tampil di dalam club2,café, seperti di Jakresto,The Wave, Peanuts club, bahkan Hard rock café Bali sekalipun.

Dan menengok kembali sejarah kebelakang kala masa-masa sulit dari perkembangan musik metal di Bali ini, perjuangan grelia untuk dapat dikenalnya musik metal oleh masyarakat umum adalah sebuah sejarah pergerakan yang tidak bisa kita pungkiri . Bagaimana dulu musik Metal ( Death Metal) dengan tegak menantang susah payah masuk meracuni ajang pentas musik yang ada mulai dari pentas musik di lingkungan banjar (RT) dalam acara bazaar / ulang tahun muda-mudi, perpisahan kelulusan SMA,musik kampus sampai pentas musik yang diselenggarakan dalam ajang pameran.

Dan kenyataannya memang pergerakan ini akan lebih terasa ketika kita mampu meracuni ruang-ruang public yang menjakau lapisan masyarakat umum yang lebih luas macam media Koran,majalah,radio bahkan Tv untuk dapat memberikan sedikit spicenya untuk mampu tampilnya musik metal ke ranah pubik tersebut, dan tidak terkecuali juga pentas-pentas umum macam ajang musik yang diselenggarakan dalam areal pameran sekalipun.

Dan kalau di Jakarta ada ajang agenda tahunan Pekan Raya Jakarta yang juga sering memberikan ruang untuk musik metal ( macam tampilnya band-band deathmetal berkelas seperti Deadsquad dan lainnya) , untuk kali ini di Denpasar dalam ajang pameran yang diselenggarakan diareal pameran central parkir Kuta juga memberikan ruangnya untuk tampilnya band-band metal Bali dalam ajang Hellbastad Bali Fest “Acharity for Sumatra”. Dalam ajang ini selain memberikan ruang kreatifitas utk unjung giginya band-band muda/baru dan band-band yang sudah mapan untuk tampil juga tersirat tujuan utama membawa misi luhur akan solidaritas social komunitas musik metal Bali terhadap musibah gempa yang melanda saudara-saudara kita di Sumatra. Masyarakat umum (moga aja ada pejabat/aparat) yang melihat (termasuk media umum) yang selama ini awam dan kadang terkesan miring penilaiannya akan makin terbuka mata hatinya bahwa dilingkungan keluarga dan sekitarnya tumbuh subur sebuah komunitas musik metal yang didalamnya tercermin nilai-nilai persahabatan,persaudaraan,social,sampai industri kreatif.
So mari kita bersatu padu dan support setiap ajang yang mampu memberikan ruang untuk tampilnya musik metal ini dan demi keajegan scene metal bali karena : …WE WERE BORN TO BE CORPSEGRINDER AND GRINDING TILL THE END

1 komentar: