Senin, 07 Oktober 2013

Skid Row ....melankolisnya "I Remember You" dan liarnya "Youth Gone Wild"



Kalau pada rezim awal 90'an dulu disamping kami suka menikmati musik Thrash Metal seperti Metallica, Megadeth, Testament, Death Angel, Exodus, Sepultura, Kreator, Destruction, Sodom, Coroner dan lainnya yang dalam era radio yudha dulu diperdengarkan mulai pukul 19.00 s/d 21.00 dan masuk dalam unit 19-21 program.

Selepas gemuruh thrash metal tersebut dalam ajang lintas kelam dipersembahkan kerasnya alunan musik Glam/Hair Metal macam Damn Yankees , Cinderella, Def Leppard, Dokken, White Lion, Tesla, Mötley Crüe, Poison, Warrant, XYZ dan lainnya yang tentunya diselingi dengan nomor ballad nan menyayat hati sebagaimana yang menjadi icon khas dari band glam ini.

Tumbuh besar di era tersebutlah menjadikan kami  sampai detik ini masih kukuh untuk menikmati kedua gender berkarat  tersebut  baik itu dalam playlist hp/cd/dvd maupun yang diperdengarkan lewat siaran radio ( seperti Rock n Breakfast) dari band-band tsb masih tetap menghiasi keseharian kami. 

Tentunya semasih ada “keberuntungan” dan “kemampuan” untuk bisa menikmati live konser mereka secara langsung (walau terkesan sudah terlambat) tentulah kami tidak akan menyia-nyiakannya.
Dan kini setelah Devisi utamaThrash Metal "Metallica" yang sukses membakar Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2013 lalu, salah satu dari unit glam metal yakni "Skid Row"  membawa kami kembali ke era 90 tsb tepatnya tgl 4 Okt @Boshe . 

Kedatangan Skid Row ke Indonesia untuk kedua kali, dan ke Denpasar Bali untuk pertama kalinya tentulah tidak disia-siakan oleh generasi 90an dan tentunya mereka yang mengenal nomor-nomor skid row di era kejayaannya.

Yang pasti dengan ataupun tanpa Sebastian Bach,kami mesti tetap mengapresiasi keteguhan mereka mengibarkan bendera Glam Metal , terlebih lagi dari setlist yang beredar untuk konser mereka kali ini 80%nya masih membawakan title-title klasik era album skid row (89) dan Slave to the grind (91).

Patut juga dicermati bahwa Sebastian Bach bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan skid row selama ini, walau memang tidak dapat dipungkiri warna vocal tinggi nan khasnya baz memberikan icon tersendiri bagi kebesaran skid row era 90an.

Namun sebagai sebuah grup/band nama-nama punggawa lainnya seperti  Dave "The Snake" Sabo – guitars, backing vocals, Rachel Bolan – bass, backing vocals, Scotti Hill – guitars, backing vocals tidaklah boleh dipandang sebelah mata,karena merekalah otak dibalik kesuksesan dan terciptanya lagu-lagu dari album skid row  yang kita kenal selama ini tersebut.

Demikian halnya dengan kehadiran Johnny Solinger – lead vocals selepas perginya bach dari Skid Row tahun 1999 mampu memberikan amunisi baru bagi kelangsungan hidup pengibar bendera glam metal ini.
Sebagaimana yang mereka suguhkan pada dini hari tgl 5 Oktober ( he3 bergeser dari tgl 4 oktober) di hall boshe club Bali. Dengan didukung sound dan lighting yang mumpuni, Skid Row mampu membunuh rasa boring dan kantuk didalam club tersebut.

Live konser yang mengambil title EP dari rilisan terbaru mereka yakni “United World Rebellion” ini tanpa basa-basi dibuka dengan nomor Slave to the grind, tentunya kehadiran nomor pembuka bernuansa berat ini langsung memanaskan dan meliarkan suasana dalam club tersebut. 

Disusul dengan nomor Big guns, Let’s Go, Piece of  me, dan tentunya kur masal dari nomor klasik 18 and life …..

“Ricky was a young boy, He had a heart of stone.
Lived 9 to 5 and worked his fingers to the bone.
Just barely got out of school, came from the edge of town.
Fought like a switchblade so no one could take him down.
He had no money, oooh no good at home.
He walked the streets a soldier and he fought the world alone
And now it's

18 and life You got it
18 and life you know
Your crime is time and it's
18 and life to go……….

Untuk  selanjutnya meluncur nomor New Generation (dari album Thickskin era vocalis baru ini), Makin a Mess. 

Aksi Johnny Solinger juga diselingi dengan basa-basi yang cukup komunikatif diatas stage semakin menghangatkan dan mengakrabkan suasana dalam club tersebut,yang diselingi dengan beberapa patah kata ucapan selamat malam,apa kabar,dan rasa kecintaanya dia dengan public Indonesia.

Alunan dan raungan gitar dan melodi  dari Dave "The Snake" Sabo dan Scotti Hill seperti dalam lagu In the darkened room serta kalemnya sang basis Rachel Bolan dan kerasnya hentakan drum dari Rob Hummersmith makin membawa keriuahan segenap crowd  . Selanjutnya meluncur nomor-nomor seperti king of demolition, psych therapy (ramones cover).

Petikan acoustic gitar dari lagu yang begitu akrab di jagad bumi ini yakni I Remember You  tentunya diiringi dengan sing along masal dari crowd dari awal sampai akhir lagu ultra melankolis ini…

…….Remember yesterday - walking hand in hand
Love letters in the sand - I remember you
Through the sleepless nights thru every endless day
I'd wanna hear you say - I remember you……..

Yang diteruskan dengan nomor monkey business , riot act, Get the Fuck out.

Keliaran crowd local dan bule-bule mancanegara yang sedari awal telah dinaikan andrenalinnya dengan aneka alcohol tersebut memuntahkan segala histerianya dengan sing along dan tentunya dibarengi dengan loncat-loncat,banging,moshing.

Bahkan ada yang “menostal gila kan” dirinya dijaman lagu-lagu Rock dengan loncat-loncat membuka baju dan mengayun-ayunkan pakaiannya , sambil berteriak-teriak histeris nan kesetanan dan “kecah-kecuh” hee3. Dan tentunya aksi ini menjadi “pengawasan” tersendiri bagi para  security club tersebut, karena tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa para personil skid row :)

Dan akhirnya “keliaran serta klimak orgasme” didalam club dini hari tersebut benar-benar diakhiri dengan nomor pemungkas Youth Gone Wild.

We stand and we won't fall
We're the one and one for all
The writing's on the wall
We are the youth gone wild

Senin, 30 September 2013

Through the Never : METALLICA "MEMBAKAR" CINEMA




Bagi pecinta film cerita/fiksi Jangan harap anda menemukan sebuah cerita “perjalanan” hidup  atau kisah cerita suka duka lara pati dari sejarah dan biografi band Metallica dalam film ini sebagaimana yang tersirat dalam film Metallica sebelumnya yakni “Some Kind of Monster” rilisan tahun 2004. 

Yeah !! Karena film Through The Never ini adalah “100% alcohol murni” bagi mereka para Metal Militia yang menyukai Metallica lewat lagu-lagunya baik via cd/dvd konser/maupun live konsernya .

Dan film ini adalah hidangan wajib tonton bagi para Metal militia veteran perang JKT 25 untuk bernostalgia dan tentunya para Metal militia yang bulan kemarin belum nonton live Metallica dan belum beruntung dapat menjadi bagian sejarah JKT 25.

Karena kalau diibaratkan di GBK ,dgn nonton film ini dibioskop “mungkin” bisa dibayangkan serasa ada di kelas Tribune atas,  menyimak live mereka dari big screen dan tentunya dengan kekuatan sound 200.000 watt masih bisa kita rasakan didalam bioskop,namun tidak bisa menjalankan ritual moshing,slam dance dan bikin circle pit.

Sebagaimana yang disuguhkan oleh belasan Bali militia/veteran JKT25 yang “memadati dan menghitamkan” satu baris deret D bioskop cinema 21 Bali Galeria. Dengan tontonan yang “private” tersebut mereka menciptakan atmosphir “kegaduhan” dan “kerusuhan” tersendiri dengan membawa aura GBK kedalam bioskop lewat aksi  headbang ditempat,sing along dan tentunya ber teriak dan owwww wwooo…wwwooo ooowww.

Dimana aksi para penonton metal militia ini diiringi oleh hidangan 16 repertoar mulai dari magisnya intro The Ecstasy of Gold yang dilanjutkan dengan kencang bergemuruhnya lagu Creeping Death, For Whom the Bell Tolls, Fuel, Ride the Lightning, One, The Memory Remains , Wherever I May Roam, Cyanide , …And Justice for All, Master of Puppets, , Battery, Nothing Else Matters,Enter Sandman, Hit the Lights.

Satu kelebihan yang mereka “dapatkan” dalam bioskop ini dibandingkan dengan di dalam stadion GBK adalah ,mereka “berhasil” meloloskan puluhan kaleng bir bintang kedalam bioskop, sedangkan di GBK air mineral pun tertahan dipintu gerbang …..Arrgghh….airr mana airrrrrrrrrrrrrrrrrrr….

Film yang berdurasi 93 minutes yang disutradai oleh Nimród Antal ini dirilis serentak di seluruh planet metal jagad ini pada tgl September 27 yang bertepatan dengan 27 Tahun berpulang nya sang bassis Clifford Lee Burton. 

Dimulai dari tugas berat yang diterima DeHaan selaku roadie muda dari Metallica ini  ketika lagi asiknya menikmati live konser yang baru berlangsung. Di tengah tugas perjalanan, dirinya mendapati keanehan karena sepinya suasana kota pada malam itu, hingga tiba-tiba terjadi  tabrakan hebat mobil yang dia kendarai hingga terjungkal , melewati aneka kerusuhan anarki massa dengan polisi serta banyaknya mayat-mayat yang tergantung. Hingga dirinya menjadi incaran massa dan pada akhirnya tumbuh keberaniannya dengan membakar diri setelah terdesak oleh kepungan massa dan seorang penunggang kuda yang begitu sadis dan mengerikan. Dan atas muksizat boneka kecil yang mengiringi langkahnya, dia mampu menghancurkan aneka rintangan yang telah mengancamnya.

Sebagaimana penghormatan bagi sang mendiang oleh papa James di GBK lewat instrument Orion, di akhir film ini pun dikumandangkan Orion ini sebagai hidangan “private nan special” bagi si young Trip's (Dane DeHaan) seorang yang dengan penuh survive dan perjuangan tanpa mengenal menyerah telah berhasil menjalankan misi untuk membawa kembali tas yang hilang (dan diakhir film akan menjadi pertanyaan bagi ‘crowd’ tentang apa sebenarnya isi tas tsb??? he3) dengan melewati aneka rintangan dalam perjalanannya yang penuh resiko bahaya nan mengerikan. Namun sayang dia tiba kembali dan telah mendapati venue sudah dalam keadaan kosong  dan konser telah berakhir .
Keras serta gigihnya perjuangan perjalanan DeHaan yang memberikan alur dari film konser inilah dapat dikatakan menjadi benang merah dan intisari dari film ini, termasuk aneka kejadian aneh selama konser berlangsung seperti terbakarnya seorang crue,jatuhnya aneka properti venue,hingga matinya aliran listrik distage tersebut, namun semua itu bukanlah penghalang bagi Metallica untuk melanjutkan live konsernya. Dengan seperangkat piranti sound seadanya yang masih bisa digunakan sebagaimana mereka lakukan didalam garasenya  mereka tetap bertekad memberikan yang terbaik bagi para crowd yang ada. 

Semua ini menggambarkan bahwa Metallica mampu bertahan selama 32 thn dan telah menduduki singasana jagad metal planet ini dg tanpa mengenal menyerah dalam melewati beraneka rintangan selama karir bermusik mereka.

Dan kalau tgl 25 Agustus kemarin Jakarta sukses "membakar" metallica, kini mereka datang lagi untuk "membakar" Cinema.


Rabu, 28 Agustus 2013

Mereka bangga menjadi bagian sejarah konser Metallica



"Kalian adalah keluarga Metallica, kalian adalah personel kelima kami," begitulah yang disebut James Hetfield  di Jeda lagu pada konser mereka di Gelora Bung Karno 25/8/13. 

 

Dan sebagai bagian dari keluarga besar Metallica tersebut selusinan metalhead dari komunitas 19-21Balicorpsegrinder turut hadir dan bergabung dengan 50 ribuan metalhead dari seantero Nusantara. Mereka turut larut dalam hysteria massa yang memenuhi areal stadion Gelora Bung Karno mulai dari kelas tribun sampai festival. 

 

Konser yang diselenggarakan oleh Blackrock entertainment ini dibuka oleh band local Seringai yang diawali dengan ritual koor masal seisi stadion dengan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang dipimpin oleh penyanyi Raisa.

 

Dan skitar pukul 20.30 Wib diawali dengan intro “Ecstasy of gold” dengan slide cuplikan dari film adegan duel Clint Eastwood dalam film koboi The Good The Bad and The Ugly (1976) menandai dimulainya konser ini dengan kemunculan  James Hetfield (vocal/gitar), Lars Ulrich (drum), Kirk Hammett (lead gitar), dan Robert Trujillo (bass) diatas panggung yang megah dengan didukung sound system dan tata cahaya lampu yang apik dan langsung menghantam dengan lagu pertama “hits the lights” yang disambut histeris dan riuh riah koor seluruh Metalhead disetiap reff lagu tsb.

 

Begitu bersemangatnya reaksi ribuan Metalhead selama skitar 2.5 jam berlangsungnya konser dan gegap gempitanya sing along disetiap 18 lagu yang  dibawakan oleh Metallica  seperti Master of Puppets, Nothing Else Matters,One, Enter Sandman, Seek &Destroy ,dll memberikan kesan yang mendalam bagi Metallica, hingga dibeberapa jeda lagu James Hetfield memuji besarnya energy dan respon public metal Indonesia dan dengan sangat simpatik, berkali-kali Hetfield melontarkan kalimat sapaan dan candaan yang disambut tepuk sorak dan teriakan seluruh Metalhead. 

 

Demikian juga sebaliknya segenap metalhead yang telah menanti selama 20 tahun untuk bisa hadir dalam konser tersebut sangat berbangga hati karena bisa menjadi bagian dari sejarah ini.Terlebih lagi bagi public Metal militia yang ada di Bali,karena ternyata selama jeda tour konser di beberapa Negara di Asia,Metallica  menjadikan Bali sebagai home basenya.