Kamis, 28 September 2023

Tuak...biker dan Rock N Roll

 

Suatu hari yang indah didaerah Mancan , Sibetan Karangasem, pada sebuah areal kebun disamping rumah kayu yang asri nampak beberapa motor custom seperti Chopper,Japstyel,bobber dan lainnya terparkir gaya diantara tumbuh suburnya beberapa pohon enau yang rukun berdampingan dengan pohon pisang dan pepohonan  lainnya yang dilengkapi dengan terdengar suara burung dan nyaringnya khas suara serangga.  

 

Dan seoarang biker pentolan dari Kuda Besi MC sang pemilik kebun tersebut sedang menaiki salah satu pohon enau lewat tangga bambu yang menempel  di batang pohon tersebut untuk melihat pasokan cairan  hasil sadapan air bunga dari pohon enau yang mulai terisi pada pipa bamboo penampungannya.

 

 Yess itulah bahan baku utama minuman tuak yang telah tersaji indah dibalcony rumah kayu tersebut bertemakan  aneka lagaran sate dan lawar untuk menjamu biker sejawatnya dari unit Rock N Roll Riders yang ride untuk mengisi hari Liburnya yang cerah.

 

Sambil menikmati kuat dan kentalnya rasa alcohol dari minuman tuak dalam gelas bambu yang bergilir dan   berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya dan juga aneka lagaran yang tersaji, dan menikmati alunan lagu nan merdu dan petikan gitar salah satu biker diantara suara serangga hutan tsb. Kamipun mendengar obrolan dan diskusi yang asik dan salah satunya membahas tentang minuman khas Karangasem tersebut.

 

Seperti yang diceritakan oleh sang biker empunya dari kebun tuak jake tersebut serta dikutip dari beberapa sumber, bahwa proses membuat tuak jake ini cukup memakan waktu yang lama, bisa sampai 21 hari. Dimulai dari ngayunan, bunga jake diayun-ayun sampai satu jam. Kemudian dilanjutkan dengan proses notok, batang bunga jake dipukul-pukul berulang-ulang setiap hari selama satu jam dan berlangsung sampai dua minggu. Setelah dirasa cukup umur, maka dilanjutkan dengan nimpagang, mengiris batang bunga dan mengecek ada air atau tidak pada bunga jake itu.

Kemudian dilanjutkan dengan nadah, batang bunga jake disadap dengan brengkong, wadah yang dibuat dari pelepah pohon pinang. Satu batang bunga jake bisa menghasilkan satu brengkong setiap kali menurunkan tuak yang dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore. Kalau lagi untung dalam sehari bisa mendapatkan dua jerigen (isi 8 botol) tuak. Dan satu pohon jake bisa menghasilkan tuak hingga tiga bulan. Pada prinsipnya proses mencari tuak nyuh dan ental hampir sama dengan tuak jake.

Tuak yang baru turun dari pohonnya akan terasa manis. Maka untuk membuat rasanya lebih gurih, tuak dicampur dengan ramuan khusus yang disebut lau. Secara umum lau berpengaruh pada rasa dan kadar alkohol tuak. Lau yang paling bagus diolah dari babakan (serbuk) kayu pohon kutat dicampur dengan serbuk kulit pohon cabe tabia bun. Kalau cara mengolah lau kurang pas, maka tuak akan terasa kecing atau masam.

Berbeda dengan arak, tuak tidak berumur panjang. Tuak paling enak diminum ketika baru diturunkan dari pohonnya. Orang Karangasem mengenal rasa tuak yang nasak badung, rasanya lebih tawar dan agak masam, namun masih bisa diminum. Ada tuak yang rasanya lebih netral, tidak terlalu tua dan tidak terlalu masam, dan masih enak untuk diminum. Tuak jenis ini disebut semedah. Tuak wayah adalah tuak yang telah tersimpan satu sampai dua hari. Kalau tuak telah tersimpan dua sampai tiga hari disebut tuak bayu. Dan tuak yang tersimpan lebih dari tiga hari akan menjadi cuka.

 

Tuak jake ini memang lebih terasa enak, bersifat netral, proses dalam tubuh cepat hingga kita yang mengkonsumsinya merasa sering kepingin kencing dan sangat pas untuk menu megenjekan dan bersenda gurau dengan para sahabat. Hingga tidaklah mengherankan kalau Masekepung mengisahkan dalam lagunya kalau Tuak ini adalah Nyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar